Pesisir Selatan Dijuluki Gunung Emas, Peninggalan Belanda 150 Tahun Lalu

Eksplorasi dan Kejayaan Tambang di Bawah Pimpinan VOC
Pada tahun 1732, kegiatan tambang kembali dibuka di bawah pimpinan ahli bernama Bollman. Eksplorasi tambang ditingkatkan dengan membuat lubang galian baru sepanjang 300 meter. Hasil tambang meningkat signifikan, dengan rata-rata per ton batu tambang mengandung bijih emas senilai f 1.350.
Berdasarkan studi R.J Verbeek yang ditulis pada tahun 1880. Tambang Salido Ketek menghasilkan 800 ton bijih emas antara 1669 hingga 1735, dengan nilai f 1.200.000 atau rata-rata f 1.500 per ton.
Tergiur dengan hasil penambangan, sebuah perusahaan dari Rotterdam, Girobank, turut menambang di bawah pimpinan Kriekhaus.
Namun, perusahaan ini terus merugi hingga Kriekhaus mencoba bertahan dengan mencari metode dan teknologi baru. Beberapa tahun kemudian, tambang ini masih beroperasi di bawah pimpinan Ir. De Greve, tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1928 karena terus merugi.
Bukti Kejayaan dan Sumber Inspirasi
Bekas kegiatan penambangan di Desa Salido Ketek kini menjadi tujuan wisata yang menarik. Keberadaan Tambang Gunung Arum memperkuat esensi sejarah Indonesia yang kaya akan ragam budaya dan kearifan lokal.
Sebagai salah satu cagar budaya yang dilestarikan, tambang ini tidak hanya menjadi obyek wisata sejarah yang menarik. Tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi masa kini untuk menggali lebih dalam akan kekayaan warisan nenek moyang.
Mengungkap Rahasia dan Legenda Gunung Emas
Sebelum VOC mendarat di pesisir barat Sumatra. Kekayaan emas yang terkandung di Salido telah menjadi objek penambangan oleh penduduk asli setempat. Cerita tentang Pulau Emas telah mencapai telinga orang Eropa melalui narasi-narasi para pelaut Arab yang menjelajahi lautan luas.
Penyair terkenal Portugal, Luiz de Camoens, melukiskan dalam karyanya yang monumental. “Os Lusiadas”, tentang Gunung Ophir di Pasaman, Sumatra, yang kaya akan emas.
Pada bulan Juli 1679, seorang insinyur dari Jerman. Johann Wilhelm Vogel, tiba di Salidi dan mengabadikan pengalamannya dalam sebuah buku berjudul “Zeven jhrige Ost-Indianische Reise-Beschrijving”. Vogel menceritakan pengalaman kerjanya di sana, menambahkan lebih banyak detail tentang kegiatan penambangan di Salido.
Editor: Slametra Pratama
