Pesisir Selatan Dijuluki Gunung Emas, Peninggalan Belanda 150 Tahun Lalu
Di bawah pimpinan Commandeur Jacob Joriszoon Pits, VOC mulai mengeksplorasi pertambangan emas di Desa Salido Ketek
Kabupaten Pessel – Tambang Salido, yang juga dikenal sebagai Tambang Gunung Arum. Merupakan tambang emas tertua di Indonesia yang terletak di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Keberadaan tambang ini menjadi bukti kekayaan sejarah dan sumber daya alam Indonesia.
Sejarah Tambang Salido, Perjalanan Emas Sejak Era VOC
Tambang emas di Desa Salido Ketek pernah dikelola oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda selama lebih dari 150 tahun.
VOC berhasil menduduki Desa Salido Ketek pada tahun 1662 untuk keperluan perdagangan di pantai barat Sumatera. Mereka membangun infrastruktur penting, termasuk benteng di Pulau Cingkuk dan benteng pertahanan lainnya di Sumatera Barat.
Di bawah pimpinan Commandeur Jacob Joriszoon Pits, VOC mulai mengeksplorasi pertambangan emas di Desa Salido Ketek. Heeren XVII mengirim dua geologis untuk meneliti kandungan emas tersebut.
Pada tahun 1669, VOC mendatangkan tenaga kerja paksa dari Madagaskar dan tawanan perang dari daerah sekitar untuk mengeksploitasi kandungan emas.
Peninggalan Bersejarah dan Kejayaan Tambang Emas
Tambang Gunung Arum tidak hanya menjadi saksi bisu dari kekayaan alam yang melimpah. Tetapi juga menawarkan cerita epik tentang perjuangan manusia dalam menaklukkan alam demi kekayaan.
Salah satu peninggalan penting di daerah tersebut adalah 300 anak tangga. Yang menuju perbukitan dan terowongan sepanjang 300 meter peninggalan Belanda. Bangunan ini menjadi simbol kejayaan masa lalu yang terpatri dalam sejarah tambang emas di Nusantara.
Pulau Sumatra sendiri dikenal dengan nama Svarnadwipa dalam bahasa Sanskerta, yang berarti Pulau Emas. Nama ini diduga berasal dari Ophir atau Gunung Emas, yang disebut dalam berbagai catatan sejarah.
Penyair kebangsaan Portugis, Luiz de Camoens, mengisahkan tentang Gunung Ophir dalam puisinya “Os Lusiadas”. Sumber tersebut didapat dari kabar yang dibawa oleh pelaut-pelaut Arab yang ditemuinya.
Editor: Slametra Pratama