CCSI Bangkit! Dari Rugi Miliaran ke Laba Positif, Begini Strateginya

Jakarta – Setelah sempat terpuruk di tahun sebelumnya, PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) akhirnya mencatatkan kebangkitan yang luar biasa.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar hari ini, manajemen CCSI mengungkapkan bahwa perusahaan berhasil membalikkan kondisi dari rugi Rp22,3 miliar pada 2023 menjadi laba bersih Rp3,9 miliar di 2024.
Meski pendapatan mengalami penurunan sebesar 17% dari Rp349,5 miliar menjadi Rp291,3 miliar, efisiensi yang diterapkan perusahaan berhasil meningkatkan laba kotor hingga 82%. Jika di 2023 laba usaha masih mencatat kerugian Rp16,6 miliar, kini CCSI mampu membalikkan keadaan dengan mencetak laba usaha Rp14,3 miliar pada 2024.
“Kami fokus pada efisiensi operasional dan optimalisasi strategi bisnis. Hasilnya, kami berhasil mengubah tren negatif menjadi positif,” ujar salah satu perwakilan manajemen CCSI dalam RUPS tersebut.
Kinerja CCSI sepanjang tahun 2024 juga menunjukkan tren penjualan yang semakin membaik.
Dimulai dengan Rp56,0 miliar di kuartal pertama, angka ini terus naik menjadi Rp71,6 miliar di kuartal kedua, Rp78,6 miliar di kuartal ketiga, dan mencapai puncaknya di kuartal keempat dengan Rp85,0 miliar.
“Peningkatan ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap produk-produk kami semakin kuat,” tambah perwakilan CCSI.
Memasuki 2025, CCSI menargetkan pendapatan kembali meningkat menjadi Rp334,5 miliar. Laba kotor diproyeksikan naik menjadi Rp54,2 miliar, sementara laba usaha ditargetkan tetap stabil di Rp13,6 miliar.
Perusahaan juga memasang target laba bersih Rp2,8 miliar untuk tahun depan.
Lebih jauh, rasio keuangan CCSI juga mengalami perbaikan signifikan. Debt to Equity Ratio (DER) turun dari 84% di 2023 menjadi 59% di 2024, menunjukkan pengelolaan utang yang lebih sehat.
Sementara itu, Current Ratio naik dari 161% menjadi 199%, menandakan kemampuan likuiditas yang lebih kuat.
CCSI juga menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kandungan lokal dalam produksi kabel optik. Saat ini, sekitar 45-50% bahan baku seperti stainless steel tape, kawat baja, serta mesin dan tenaga kerja berasal dari dalam negeri.
Sisanya, termasuk fiber, coloring ink, HDPE, dan bitumen, masih harus diimpor dengan kisaran 50-65%.
Dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di atas 25%, produk kabel laut CCSI telah memenuhi syarat untuk mendapatkan preferensi dalam pengadaan barang dan jasa BUMN.
“Kami terus berupaya mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan peran industri lokal dalam rantai pasok kami,” ungkap manajemen.
Perjalanan CCSI dari rugi ke laba bukan sekadar angka di laporan keuangan, tetapi bukti nyata bahwa strategi efisiensi dan inovasi bisnis yang diterapkan telah membuahkan hasil.
Dengan fondasi keuangan yang lebih sehat dan dukungan terhadap industri dalam negeri, CCSI optimistis menghadapi 2025 sebagai tahun pertumbuhan dan ekspansi.
Akankah CCSI terus melaju di tahun depan? Kita tunggu gebrakan selanjutnya! (SH)
