Banjir Luapan Sungai Cimanuk Rendam Permukiman di Garut, Warga Mengungsi

Garut – Banjir luapan Sungai Cimanuk kembali merendam permukiman padat di Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (3/3/2025) malam.
Banjir yang terjadi untuk ketiga kalinya dalam satu bulan terakhir ini memaksa warga mengungsi demi keselamatan.
Banjir dengan ketinggian air mencapai 90 sentimeter hingga 1 meter ini membuat warga harus meninggalkan rumah mereka sementara waktu.
Meski tidak ada korban jiwa, namun banyak warga yang terpaksa menjalani sahur di rumah tetangga yang tidak terdampak banjir.
Anah (56), salah satu warga terdampak, mengungkapkan bahwa air sudah mencapai satu meter di dalam rumahnya.
“Rumah saya terendam, ketinggian airnya mencapai 1 meter. Untuk sementara, ya mengungsi dulu ke rumah tetangga yang ada di atas,” ujarnya.
Selain Anah, Toni, warga lainnya, juga merasakan dampak banjir ini. Ia bersama keluarganya harus bertahan dalam kondisi dingin dan basah kuyup.
“Kalau banjir kiriman saya tidak tahu, yang pasti ini dampak Sungai Cimanuk meluap. Banyak warga lain juga yang rumahnya terendam. Jadi ya untuk sementara ngungsi dulu ke rumah tetangga yang tidak terdampak banjir,” kata Toni.
Dampak dan Penanganan Banjir
Hingga saat ini, warga masih menunggu air surut agar bisa membersihkan rumah mereka yang dipenuhi lumpur dan air yang menggenang.
Banjir ini tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga menghambat aktivitas warga, terutama di bulan Ramadan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut belum mengeluarkan data resmi mengenai jumlah warga terdampak.
Namun, banjir di wilayah ini bukan hal baru. Letak Kampung Cimacan yang berdekatan dengan bantaran Sungai Cimanuk membuat daerah ini rawan banjir setiap kali debit air meningkat akibat hujan deras di hulu sungai.
Menurut para ahli, faktor utama yang menyebabkan banjir ini adalah curah hujan tinggi serta pendangkalan Sungai Cimanuk yang membuat air cepat meluap.
Kondisi ini diperburuk dengan minimnya infrastruktur penanggulangan banjir, seperti tanggul atau drainase yang memadai.
Pemerintah Kabupaten Garut bersama BPBD perlu mengambil langkah konkret untuk mengurangi risiko banjir, seperti pengerukan sungai secara berkala, pembangunan tanggul yang lebih kokoh, serta sosialisasi kepada warga mengenai mitigasi bencana.
Masyarakat berharap ada solusi jangka panjang dari pemerintah agar mereka tidak terus-menerus menjadi korban banjir setiap kali hujan deras melanda.
“Kami ingin ada tindakan nyata dari pemerintah agar banjir ini bisa dicegah, bukan hanya ditangani saat sudah terjadi,” keluh salah satu warga.
Banjir yang kembali melanda Kampung Cimacan menunjukkan bahwa permasalahan ini masih menjadi ancaman bagi warga Garut.
Tanpa upaya pencegahan yang serius, risiko banjir akan terus menghantui masyarakat, terutama mereka yang tinggal di sekitar bantaran sungai.
Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, BPBD, dan masyarakat sangat diperlukan guna menciptakan lingkungan yang lebih aman dari ancaman banjir.**/Red
