Job Fair Bekasi Diserbu Ribuan Pencari Kerja, Frits Saikat: Ini Tamparan bagi Disnaker

Bekasi – Ribuan pencari kerja memadati ajang Job Fair yang digelar oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bekasi pada 21–22 Mei 2025 di Blu Plaza, Bekasi Timur.
Meskipun acara ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran, respons berbeda justru datang dari aktivis sosial dan pemerhati kebijakan publik, Frits Saikat.
Ia menyebut lonjakan jumlah pengunjung sebagai indikator kegagalan, bukan keberhasilan.
“Jujur saja, saya sangat miris. Seharusnya membludaknya pengunjung dalam acara Job Fair itu menjadi tamparan keras bagi Disnaker Kota Bekasi, bukan sebaliknya,” ujar Frits saat diwawancarai oleh media pada Rabu (22/5).
Selama dua hari pelaksanaan Job Fair tersebut, sekitar 1.000 lowongan kerja ditawarkan oleh puluhan perusahaan dari berbagai sektor, seperti ritel, manufaktur, makanan dan minuman, serta teknologi informasi.
Meskipun jumlah perusahaan yang berpartisipasi cukup banyak, fakta bahwa ribuan pencari kerja hadir menunjukkan ketimpangan signifikan antara ketersediaan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja.
Menurut data resmi, hingga awal Mei 2025, jumlah pengangguran terbuka di Kota Bekasi telah mencapai 104.170 orang.
Dalam periode yang sama, sebanyak 628 orang kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Disnaker hanya mampu menyediakan sekitar 1.000 posisi. Jika 628 orang baru saja kehilangan pekerjaan dan hanya ada 372 lowongan baru yang benar-benar bisa diakses, bagaimana kita bisa menyebut ini sebagai pencapaian?” kritik Frits.
Frits menyoroti bahwa ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan peluang yang tersedia sangat berdampak pada masyarakat, terutama kalangan muda dan lulusan baru sekolah menengah serta perguruan tinggi.
Ia menilai bahwa Disnaker belum menunjukkan kinerja signifikan dalam memetakan kebutuhan pasar tenaga kerja maupun menciptakan lapangan kerja baru yang sesuai dengan kompetensi lulusan saat ini.
“Gelombang lulusan sekolah yang akan segera masuk ke pasar kerja belum ditanggapi dengan kesiapan program strategis dari Disnaker. Jurang antara suplai dan permintaan tenaga kerja semakin menganga,” jelasnya.
Job Fair ini digelar pada 21 dan 22 Mei 2025, berlokasi di Blu Plaza, lantai UG, Bekasi Timur.
Acara ini dibuka sejak pagi hingga sore hari dan menghadirkan ratusan booth perusahaan yang menawarkan lowongan dari berbagai sektor.
Sejak hari pertama, jumlah pengunjung telah melebihi kapasitas ruang acara, menunjukkan antusiasme sekaligus urgensi kebutuhan akan pekerjaan.
Menurut Frits, antusiasme masyarakat yang tinggi mencerminkan krisis kesempatan kerja yang belum terselesaikan.
Ia menyebutkan bahwa acara Job Fair memang patut diapresiasi sebagai sarana interaksi antara perusahaan dan pencari kerja, namun tidak bisa menjadi satu-satunya solusi.
“Job fair ini ibarat tambal sulam. Masalahnya jauh lebih dalam. Kita tidak sedang kekurangan pencari kerja, kita kekurangan lapangan kerja yang sesuai,” tegasnya.
Lebih lanjut, Frits mengingatkan bahwa program ketenagakerjaan harus mencakup pelatihan, peningkatan kompetensi, pembinaan kewirausahaan, serta keterlibatan aktif sektor industri dalam menyerap tenaga kerja lokal.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Disnaker Kota Bekasi belum memberikan pernyataan resmi terkait kritik yang dilontarkan oleh Frits Saikat.
Namun, dalam konferensi pers pembukaan acara, Kepala Disnaker sebelumnya menyebut bahwa Job Fair ini merupakan bagian dari upaya rutin pemerintah daerah untuk menekan angka pengangguran dan mempertemukan kebutuhan industri dengan potensi tenaga kerja di wilayah Bekasi.
Meski demikian, data yang disampaikan oleh Frits menyiratkan adanya ketidaksesuaian antara target dan capaian. Ia juga meminta agar pemerintah lebih terbuka dalam menyampaikan hasil evaluasi program dan rencana strategis ke depan.
Frits menyerukan agar pemerintah daerah, khususnya Disnaker, segera mengevaluasi program ketenagakerjaan secara menyeluruh.
Ia mengusulkan agar pendekatan berbasis data menjadi dasar penyusunan kebijakan.
“Kita harus tahu kompetensi apa yang paling dibutuhkan pasar, lalu siapkan tenaga kerja lokal untuk memenuhi kebutuhan itu. Jangan hanya rutin bikin acara, tapi dampaknya nihil,” pungkasnya.
Dalam penutup pernyataannya, Frits mempertanyakan kinerja konkret Disnaker Kota Bekasi.
“Kalau begitu, sebenarnya selama ini Disnaker Kota Bekasi kerjanya apa?” tanyanya retoris sambil tersenyum.
Fenomena Job Fair di Kota Bekasi bukan hanya soal angka, tetapi juga cermin dari tantangan struktural yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam menyediakan lapangan kerja yang layak.
Harapan besar masyarakat perlu dijawab dengan kebijakan yang strategis, transparan, dan berdampak nyata.
Oleh : Frits Saikat
Aktivis Sosial dan Pemerhati Kebijakan Publik
