Danlanal Bandung Ajak Mahasiswa UNHAN RI Untuk Peduli Laut

Bandung — Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Bandung, Kolonel Laut (P) Muhammad Taufik, M.Tr.Hanla., M.M., mengajak mahasiswa S2 Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan RI (UNHAN RI) untuk membuka mata terhadap realitas maritim Indonesia, khususnya di wilayah pesisir Jawa Barat.
Ajakan itu disampaikan saat memberikan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) kepada mahasiswa Program Studi Keamanan Maritim, di Aula Mako Lanal Bandung, Kamis (26/6/2025).
Dalam kuliah tersebut, Kolonel Taufik menekankan pentingnya kesadaran kolektif bahwa laut bukan sekadar ruang kosong, tetapi sumber kekuatan nasional yang strategis.
Sayangnya, wilayah pesisir selatan Jawa Barat seperti Pangandaran hingga kini masih menghadapi tantangan serius—mulai dari keterbatasan infrastruktur, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap potensi laut, hingga kurangnya sinergi antarinstansi.
“Geografis kita luar biasa. Tapi kalau laut hanya dianggap sebagai pemisah, bukan penghubung, maka kita kehilangan identitas kita sebagai bangsa pelaut,” ujarnya.
Mengutip sejarah, Danlanal Bandung mengajak para mahasiswa menengok kembali kejayaan maritim Nusantara di masa Sriwijaya dan Majapahit.
Ia menilai, kolonialisme Belanda telah menggeser orientasi bangsa dari maritim ke agraris—dan dampaknya masih terasa hingga kini.
“Laut seharusnya menjadi jantung konektivitas nasional, bukan titik buta pembangunan,” tegasnya.
Tak hanya berbicara soal filosofi, Danlanal juga membeberkan tantangan nyata yang dihadapi TNI AL, seperti keterbatasan jumlah kapal patroli, kondisi geografis yang berat, hingga cuaca ekstrem.
Ia juga menyinggung sejumlah wilayah rawan seperti Papua, NTT, dan Kalimantan Utara yang kerap dijadikan jalur aktivitas ilegal seperti penyelundupan dan perdagangan manusia.
Meski menghadapi keterbatasan, TNI AL terus berinovasi. Strategi berbasis intelijen dan pemanfaatan teknologi seperti sistem pengawasan terpadu (IMS) dan CCTV maritim terus dikembangkan untuk menjaga kedaulatan laut Indonesia.
Dari sisi akademik, dosen pendamping yang mewakili Kaprodi Keamanan Maritim menegaskan bahwa KKDN bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi wadah penguatan karakter dan pemikiran strategis.
Mahasiswa didorong menjadikan temuan lapangan sebagai bahan refleksi ilmiah yang nantinya bisa dituangkan dalam bentuk tesis atau artikel ilmiah.
“Perlu sinergi nyata antara dunia pendidikan, pemerintah, dan militer agar lahir kebijakan maritim yang kuat, berbasis data, dan menjawab tantangan lapangan,” ucapnya.
Kuliah ini pun menjadi jembatan antara dunia akademik dan realitas pertahanan negara. Mahasiswa diharapkan pulang bukan hanya membawa catatan, tetapi semangat baru untuk menjaga laut Indonesia, dari bilik kampus hingga panggung kebijakan nasional.
(Pen Lanal Bandung)
