Pontianak — Kontroversi tengah bergulir di Pontianak, Kalimantan Barat. Sosok tokoh spiritual Tarekat Al-Mu’min, Muhammad Efendi Sa’ad (MES), resmi dilaporkan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar.

Laporan tersebut diajukan Sumin, seorang dosen IAIN Pontianak sekaligus mantan pengikut tarekat, yang menduga MES menyebarkan ajaran menyimpang dan menodai agama.

Sumin menyebut, langkahnya melapor demi menjaga kemurnian akidah umat Islam dan mencegah perpecahan.

Pasalnya, MES dianggap melawan ajaran agama karena mengklaim diri sebagai Al-Mahdi dan mengaku menerima wahyu (kalam) langsung dari Allah — sebuah pernyataan kontroversial yang dinilainya dapat menyesatkan masyarakat.

“Saya bergabung Tarekat Al-Mu’min sejak 2001. Tapi belakangan ajaran MES melenceng. Selain menyatakan diri sebagai Al-Mahdi, dia juga mengaku menerima wahyu setara Al-Qur’an. Hal ini jelas dapat merusak akidah dan menjadi masalah serius bagi umat Islam,” ujar Sumin, Selasa (17/6).

Selain melapor, Sumin juga menyampaikan pernyataan sikap. Dalam pernyataannya, Sumin menegaskan laporan ini diajukan demi menjaga ukhuwah Islamiyah, mencegah perpecahan, dan menjaga agama dari ajaran yang dapat menyesatkan.

“Sikap kami bukan provokatif, tapi berdasarkan tanggung jawab moral dan agama. Karena itu, kami meminta masyarakat tenang dan tidak terprovokasi, sambil menunggu MUI Kalbar sebagai lembaga resmi menyelidiki masalah ini sesuai syariat dan peraturan yang berlaku.”

Sumin juga menyatakan siap bekerja sama secara konstruktif dengan aparat, instansi pemerintah, dan elemen masyarakat demi menjaga stabilitas dan ketertiban.

“Mari kita jaga ukhuwah, toleransi, dan persatuan. Jangan mudah terhasut, tapi percayakan pada proses dan keputusan Majelis Ulama Indonesia nantinya,” tutup Sumin.