Workaholic: Tanda-Tanda Kamu Terlalu Gila Kerja dan Cara Mengatasinya

Opini – Workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kecanduan terhadap pekerjaan.
Mereka bukan sekadar rajin atau berdedikasi, melainkan memiliki dorongan yang kompulsif untuk terus bekerja, bahkan ketika tubuh dan pikiran butuh istirahat.
Fenomena ini tidak hanya menyasar para eksekutif senior, tapi juga semakin umum terjadi di kalangan profesional muda dan pekerja kantoran.
Profesional muda dengan ambisi tinggi, lingkungan kerja yang kompetitif, serta budaya hustle culture menjadi kombinasi yang rawan memicu perilaku workaholic.
Di era digital, batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi makin kabur, apalagi dengan adanya akses kerja 24/7 melalui gawai.
Beberapa profesi yang memiliki tekanan tinggi dan jam kerja panjang, seperti jurnalis, konsultan, pengacara, atau pekerja startup, juga rentan terhadap kondisi ini.
Workaholic bisa terlihat “produktif” dari luar, tapi saat pekerjaan mulai mengambil alih waktu tidur, hubungan pribadi, dan kesehatan mental, itu menjadi alarm bahaya.
Ketika seseorang tak bisa berhenti bekerja meskipun sudah lelah atau sakit, itu adalah titik di mana kecanduan kerja bukan lagi soal etos, tapi gangguan yang perlu ditangani.
Dampak dari perilaku workaholic tidak hanya dirasakan di kantor, tetapi juga menjalar ke rumah, ruang sosial, dan bahkan kesehatan fisik.
Lingkungan sekitar seringkali menjadi korban pertama dari perilaku ini, terutama keluarga dan pasangan yang merasa diabaikan.
Beberapa faktor yang mendorong seseorang menjadi workaholic antara lain:
- Tekanan budaya kerja: Lingkungan yang memuja kerja keras dan menganggap lembur sebagai tanda loyalitas.
- Pembuktian diri: Keinginan untuk diakui atau merasa bernilai hanya ketika produktif.
- Perfeksionisme: Standar tinggi terhadap hasil kerja yang membuat seseorang sulit merasa puas.
- Penghindaran emosional: Pekerjaan dijadikan pelarian dari masalah pribadi atau trauma.
Ciri-Ciri Workaholic
Berikut ini beberapa ciri-ciri workaholic yang perlu diwaspadai:
- Terus memikirkan pekerjaan meski sedang libur atau cuti.
- Merasa bersalah saat tidak bekerja.
- Mengabaikan waktu istirahat, makan, atau tidur demi menyelesaikan tugas.
- Menolak bantuan dan merasa hanya dirinya yang bisa mengerjakan dengan benar.
- Hubungan sosial terganggu, sering absen dari acara keluarga atau teman.
- Sulit menikmati waktu luang, selalu merasa harus produktif.
Bahaya Workaholic
Workaholic bukan sekadar gaya hidup sibuk, tapi memiliki risiko serius. Beberapa bahaya workaholic antara lain:
1. Kesehatan Fisik
- Kurang tidur dan kelelahan kronis
- Masalah jantung karena stres berkepanjangan
- Sakit kepala, gangguan pencernaan, hingga penurunan imun tubuh
2. Kesehatan Mental
- Burnout, depresi, dan kecemasan
- Kehilangan motivasi dan kreativitas
- Merasa terjebak dalam rutinitas tanpa makna
3. Kehidupan Sosial dan Emosional
- Menjauh dari orang terdekat
- Kesepian dan rasa hampa
- Potensi konflik dalam hubungan
Cara Mengatasi Workaholic
Mengatasi kebiasaan kerja berlebihan butuh kesadaran diri dan strategi yang tepat.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Kenali Pola Kerja
Sadari apakah kamu bekerja karena harus, atau karena merasa tidak bisa berhenti.
Cobalah membuat catatan harian tentang jam kerja dan aktivitas non-kerja untuk mengukur keseimbangan.
2. Tetapkan Batasan
- Tentukan jam kerja dan patuhi.
- Matikan notifikasi pekerjaan di luar jam kantor.
- Jangan bawa pekerjaan ke tempat tidur.
3. Prioritaskan Istirahat dan Rekreasi
- Ambil cuti tanpa rasa bersalah.
- Luangkan waktu untuk hobi dan aktivitas sosial.
- Tidur cukup dan rutin berolahraga ringan.
4. Delegasi dan Percayai Tim
Belajar mendelegasikan pekerjaan menunjukkan kedewasaan profesional. Percayai rekan kerja untuk membantu menyelesaikan tugas bersama.
5. Konsultasi Profesional
Jika kebiasaan ini sudah mengganggu fungsi hidup sehari-hari, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog. Terapi kognitif perilaku (CBT) terbukti efektif mengatasi kecanduan kerja.
6. Evaluasi Makna Kerja
Refleksikan kembali: Apakah pekerjaan menjadi satu-satunya sumber identitas dan harga diri? Temukan arti hidup lain di luar karier.
Kesimpulan
Workaholic adalah kondisi psikologis yang serius dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik, mental, serta kehidupan sosial.
Mengenali ciri-ciri workaholic dan memahami bahaya workaholic adalah langkah awal untuk mengatasinya.
Profesional muda yang sadar akan pentingnya keseimbangan hidup bisa memutus siklus ini sebelum terlambat.**/
