Tren Action Figure dengan ChatGPT: Inovasi Baru yang Diminati Warganet

Teknologi – Fenomena baru tengah menarik perhatian warganet, khususnya di media sosial. Muncul tren unik yang menggabungkan kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan kreativitas visual, yaitu pembuatan gambar action figure digital berbasis foto pribadi.
Hanya dengan mengunggah foto dan memasukkan perintah teks tertentu (prompt) ke dalam platform AI, pengguna dapat memperoleh visual berupa kemasan mainan lengkap dengan miniatur diri dalam versi action figure.
Tren ini berkembang pesat sejak awal 2025 dan menjadi populer di kalangan kreator konten, desainer, serta pengguna umum yang ingin menampilkan citra diri secara kreatif.
Tidak hanya sekadar hiburan, konsep ini juga dimanfaatkan untuk keperluan personal branding, hadiah digital yang personal, hingga konten promosi di media sosial.
Teknologi di balik tren ini dikembangkan oleh OpenAI, perusahaan riset AI yang berbasis di Amerika Serikat.
Melalui fitur DALL·E yang terintegrasi dalam layanan ChatGPT versi Plus, pengguna dapat mengakses kemampuan image generation berbasis prompt dan input visual.
Menurut laporan dari Argia Academy, sebuah lembaga pelatihan teknologi digital, tren ini tidak hanya mencerminkan kemampuan teknis AI dalam menghasilkan gambar realistis, tetapi juga menunjukkan evolusi cara masyarakat mengekspresikan identitas mereka di ruang digital.
Tren pembuatan action figure digital ini mulai mencuat sejak kuartal pertama tahun 2025, seiring dengan semakin luasnya akses terhadap layanan ChatGPT Plus dan meningkatnya popularitas konten berbasis AI di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter.
Pantauan dari berbagai forum daring dan komunitas kreatif digital menunjukkan bahwa tren ini mulai berkembang pada Januari 2025 dan mengalami lonjakan signifikan dalam dua bulan terakhir.
Fenomena ini bersifat global, namun paling terlihat di negara-negara dengan penetrasi teknologi digital tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, berbagai unggahan tentang action figure digital mulai marak di media sosial, terutama di kalangan generasi muda dan profesional kreatif.
Sejumlah komunitas desainer dan konten kreator lokal juga mulai menyelenggarakan lokakarya daring mengenai penggunaan AI untuk menciptakan visual personal, termasuk action figure digital berbasis prompt.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong kemunculan dan pesatnya perkembangan tren ini:
- Kemudahan Akses Teknologi: Layanan ChatGPT Plus dengan fitur DALL·E memungkinkan siapa saja untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi hanya dengan modal foto dan teks perintah.
- Kebutuhan Ekspresi Diri: Masyarakat kini mencari cara-cara baru dan unik untuk mengekspresikan identitas dan kreativitas mereka di ruang digital.
- Nilai Estetika dan Personalisasi: Gambar action figure yang dihasilkan bersifat unik dan personal, sehingga memiliki nilai emosional dan artistik yang tinggi.
- Potensi Komersial: Beberapa pengguna bahkan mulai menjual jasa pembuatan action figure digital sebagai layanan kreatif atau suvenir digital.
Menurut Dimas Setyawan, pengamat tren teknologi digital dari Jakarta Creative Lab,
“Fenomena ini adalah bentuk nyata dari demokratisasi desain. Dulu, membuat visual seperti ini butuh tim ilustrator atau studio animasi. Sekarang, cukup dengan prompt dan AI, semua orang bisa melakukannya.”
Langkah-langkah membuat action figure digital menggunakan ChatGPT Plus cukup sederhana:
- Mengakses Layanan ChatGPT Plus: Pengguna harus terlebih dahulu berlangganan versi ChatGPT yang mendukung fitur image generation.
- Mengunggah Foto: Foto yang diunggah bisa berupa potret diri sendiri atau orang lain, dengan ketentuan resolusi yang cukup jelas agar AI dapat mengenali fitur wajah dan tubuh.
- Menyusun Prompt: Prompt merupakan perintah berbentuk teks yang diberikan kepada AI. Contoh prompt yang umum digunakan adalah:
“Create a toy based on the person in the photo, transforming them into an action figure. Alongside the action figure, include toy accessories…” - Kustomisasi Detail: Pengguna dapat menyesuaikan detail seperti aksesori, pakaian, latar belakang, atau tema berdasarkan profesi, hobi, atau karakteristik personal. Misalnya, seorang musisi dapat ditampilkan dengan gitar, mikrofon, dan amplifier mini; sedangkan atlet bisa ditampilkan dengan bola dan sepatu olahraga.
- Menyimpan dan Menggunakan Gambar: Hasil gambar dapat diunduh dan digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari unggahan media sosial hingga elemen desain dalam video atau situs pribadi.
Beberapa pengguna bahkan memanfaatkan hasil visual tersebut untuk membuat konten animasi dengan bantuan perangkat lunak AI lainnya, seperti Runway ML atau Canva AI Video.
Tren ini membawa dampak signifikan bagi industri kreatif, khususnya dalam bidang desain visual, branding personal, dan pemasaran digital.
Dengan biaya produksi yang rendah dan proses yang cepat, kreator dapat menghasilkan konten visual yang menarik dalam waktu singkat.
Selain itu, munculnya tren ini juga membuka peluang kerja baru di bidang prompt engineering, yaitu keterampilan merancang perintah teks yang efektif untuk menghasilkan visual yang sesuai keinginan.
Menurut laporan internal dari Argia Academy, tren ini berpotensi menjadi bagian dari strategi pemasaran digital yang lebih personal dan berbasis karakter.
Beberapa brand bahkan telah mencoba bereksperimen dengan menciptakan versi action figure dari maskot atau duta merek mereka menggunakan pendekatan serupa.
Tantangan dan Etika Penggunaan
Meski memiliki banyak kelebihan, penggunaan AI dalam pembuatan visual juga menimbulkan tantangan etika.
Misalnya, penggunaan foto orang lain tanpa izin untuk membuat action figure digital dapat menimbulkan persoalan privasi dan hak cipta.
Pakar hukum siber dari Universitas Indonesia, mengingatkan pentingnya aspek legal dan etika dalam pemanfaatan teknologi AI.
“Pengguna harus memastikan bahwa mereka memiliki hak atas foto yang digunakan. Selain itu, visual yang dihasilkan tidak boleh digunakan untuk menyebarkan hoaks atau melakukan penipuan visual.”
Tren pembuatan action figure digital dengan teknologi AI merupakan wujud nyata dari kemajuan kecerdasan buatan dalam bidang seni visual.
Dengan pendekatan yang mudah, personal, dan kreatif, teknologi ini membuka banyak peluang baru, baik di ranah ekspresi diri maupun industri kreatif.
Namun, di balik inovasinya, penting bagi pengguna untuk tetap memperhatikan aspek etika, privasi, dan hak kekayaan intelektual dalam setiap pemanfaatan teknologi digital.**/
