Trump Meledak: Pertengkaran Panas dengan Zelensky Gegerkan Dunia Politik Internasional

Washington, D.C. – Dunia politik internasional kembali bergolak setelah pertengkaran sengit antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang didukung Wakil Presiden JD Vance, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada Jumat, 28 Februari 2025.
Konfrontasi dramatis yang terjadi di Ruang Oval Gedung Putih itu menjadi sorotan utama berbagai media internasional, memperlihatkan ketegangan yang memuncak dalam hubungan kedua negara.
Ketegangan bermula ketika Zelensky menantang argumen JD Vance mengenai pendekatan diplomasi Amerika Serikat terhadap Rusia.
Dalam pertemuan yang disiarkan langsung ke dunia, Zelensky mempertanyakan peran Washington dalam menekan Presiden Rusia Vladimir Putin serta mengingatkan bahwa Ukraina telah berjuang sendiri sejak 2014 melawan agresi Moskow.
JD Vance, yang dikenal sebagai pendukung kebijakan luar negeri Trump, langsung menanggapi dengan nada tegas.
Ia menuding Zelensky tidak cukup berterima kasih atas bantuan Amerika Serikat dalam perang Ukraina melawan Rusia.
“Kami mencoba jalan Joe Biden, menepuk dada dan berpura-pura bahwa kata-kata presiden Amerika Serikat lebih penting daripada tindakan presiden Amerika Serikat. Apa yang membuat Amerika menjadi negara yang baik adalah Amerika yang terlibat dalam diplomasi,” ujar Vance.
Namun, Zelensky tak tinggal diam dan langsung menyanggah pernyataan tersebut.
Ia mengingatkan bahwa sejak 2014, Rusia telah menduduki wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan berbagai upaya diplomasi tidak pernah berhasil menahan agresi Putin.
Saat Trump Ikut Naik Pitam
Dalam momen yang mengejutkan, Trump tiba-tiba menyela dan tampak emosi saat Zelensky mengingatkan bahwa konflik telah berlangsung sejak sebelum Trump menjabat sebagai presiden.
“Oh, 2014? Saya tidak di sini,” sergah Trump dengan nada menyindir.
Zelensky pun menegaskan bahwa sejak 2014 hingga 2022, tidak ada langkah konkret yang menghentikan agresi Rusia.
Ia bahkan mengungkit berbagai kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani dengan Rusia, Prancis, dan Jerman, tetapi tetap dilanggar oleh Putin.
Vance semakin panas dan menuduh Zelensky sedang berusaha mempertontonkan drama politik di hadapan media Amerika.
Ia bahkan mengklaim bahwa Ukraina sedang menghadapi krisis tenaga kerja akibat perang, sehingga terpaksa mewajibkan rakyatnya untuk ikut bertempur di garis depan.
“Saat ini, kalian sedang berkeliling dan memaksa wajib militer ke garis depan karena kalian memiliki masalah tenaga kerja. Kalian seharusnya berterima kasih kepada presiden karena telah berusaha mengakhiri konflik ini,” ujar Vance dengan nada menekan.
Zelensky Balik Menyerang
Tak terima dengan tuduhan tersebut, Zelensky balik bertanya apakah Vance pernah mengunjungi Ukraina untuk memahami situasi yang sebenarnya.
Ketika Vance menjawab bahwa ia telah mengikuti laporan media, Zelensky langsung menantangnya untuk datang dan melihat sendiri kondisi negaranya.
“Datanglah sekali saja,” tantang Zelensky.
Namun, Trump justru semakin tersulut emosinya. Ketika Zelensky menyatakan bahwa perang akan mempengaruhi Amerika Serikat di masa depan, Trump langsung membentaknya.
“Anda tidak tahu itu! Jangan beritahu kami apa yang akan kami rasakan!” bentak Trump.
Trump menuding Zelensky berada dalam posisi yang lemah dan tidak memiliki kartu untuk bernegosiasi. Ia bahkan memperingatkan bahwa tindakan Ukraina bisa memicu Perang Dunia III.
“Anda berjudi dengan nyawa jutaan orang. Anda berjudi dengan Perang Dunia III,” kata Trump dengan nada mengancam.
JD Vance Menuntut Zelensky Berterima Kasih
Di penghujung perdebatan yang memanas itu, JD Vance kembali menekan Zelensky untuk mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat atas dukungan yang telah diberikan.
“Apakah Anda pernah mengucapkan terima kasih?” tanya Vance.
Zelensky dengan tegas menjawab bahwa ia sering mengucapkan terima kasih, bahkan sampai hari itu.
Namun, Vance tetap menekan dan mengingatkan bahwa Zelensky sempat melakukan kampanye di Pennsylvania yang dianggap mendukung oposisi Trump.
Trump pun kembali menegaskan bahwa Ukraina sedang berada dalam masalah besar dan seharusnya lebih menghargai bantuan Amerika Serikat.
“Anda tidak menang. Anda tidak akan memenangkan ini. Anda memiliki peluang yang sangat bagus untuk keluar dengan baik-baik saja karena kami,” ujar Trump.
Namun, Zelensky tetap teguh dengan pendiriannya.
“Kami akan tetap tinggal di negara kami, tetap kuat. Sejak awal perang, kami telah sendirian. Dan kami bersyukur. Saya mengucapkan terima kasih,” kata Zelensky menutup perdebatan.
Dampak Politik dari Pertengkaran Trump-Zelensky
Pertengkaran panas ini telah mengguncang hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Ukraina.
Banyak analis politik menilai bahwa sikap keras Trump dan Vance mencerminkan perubahan drastis dalam kebijakan luar negeri AS terhadap konflik Ukraina-Rusia.
Beberapa pihak menyatakan bahwa ini bisa menjadi sinyal bahwa pemerintahan Trump lebih condong untuk melakukan negosiasi dengan Rusia dibandingkan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ukraina.
Namun, di sisi lain, Zelensky tetap menunjukkan ketegasannya sebagai pemimpin yang tak gentar menghadapi tekanan dari Washington.
Apakah perdebatan sengit ini akan mengubah arah perang Ukraina? Atau justru memperdalam jurang perpecahan antara AS dan sekutunya? Dunia kini menanti babak selanjutnya dari drama politik yang memanas ini.***/Red
