Skena: Gaya Hidup Anak Muda yang Lagi Ngetren, Kamu Termasuk?

Opini – Istilah “skena” kini semakin sering terdengar di media sosial, percakapan antar anak muda, hingga menjadi identitas gaya hidup yang khas. Namun, apa itu skena sebenarnya?
Secara sederhana, “skena” berasal dari kata scene dalam Bahasa Inggris, yang berarti suatu lingkungan atau komunitas yang memiliki minat atau ketertarikan yang sama, terutama dalam bidang musik, fashion, hingga gaya hidup.
Di Indonesia, istilah ini telah mengalami pergeseran makna dan menjadi bagian dari kultur urban anak muda, khususnya di kalangan milenial dan Gen Z.
Skena kini identik dengan komunitas yang memiliki gaya berpakaian khas, selera musik yang eklektik, dan kecenderungan untuk hadir dalam event-event indie atau alternatif.
Lebih dari sekadar gaya, gaya hidup skena juga mencerminkan nilai-nilai kebebasan berekspresi, keberagaman, dan solidaritas dalam komunitas.
Siapa Saja yang Termasuk dalam Gaya Hidup Skena?
Tidak ada aturan baku tentang siapa yang bisa menjadi bagian dari skena. Namun, sebagian besar pengikut gaya hidup ini adalah anak muda di rentang usia 17 hingga 30 tahun.
Mereka biasanya berasal dari lingkungan perkotaan dan memiliki akses pada budaya populer global serta lokal.
Menurut RF, seorang penggiat komunitas musik indie di Jakarta, “Anak-anak skena itu bukan soal penampilan aja. Mereka punya cara pandang sendiri terhadap kehidupan, musik, dan komunitas. Yang penting itu vibe-nya.”
Bagi generasi milenial dan Gen Z, bergabung dengan skena adalah bagian dari pencarian jati diri sekaligus bentuk eksistensi sosial.
Mereka ingin terlihat berbeda, unik, namun tetap menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, yakni komunitas yang sefrekuensi.
Kapan dan Bagaimana Skena Tumbuh?
Fenomena skena di Indonesia mulai terlihat sejak awal 2000-an, seiring dengan berkembangnya musik indie dan munculnya berbagai komunitas kreatif di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Pada masa itu, band-band alternatif seperti Efek Rumah Kaca, White Shoes & The Couples Company, dan Seringai mulai populer di kalangan anak muda yang mencari alternatif dari arus utama (mainstream).
Kehadiran media sosial juga mempercepat pertumbuhan skena dengan memungkinkan anak muda berbagi selera musik, fashion, dan kegiatan komunitas secara lebih luas.
Kini, skena tidak hanya berkembang di ruang fisik seperti gigs, pameran seni, atau bazar kreatif, tetapi juga menjelma menjadi gaya hidup digital.
Konten TikTok dan Instagram dengan tagar #anakSkena atau #skenascene semakin mengukuhkan identitas mereka di ruang publik.
Di Mana Gaya Hidup Skena Berkembang?
Gaya hidup skena paling kentara terlihat di wilayah perkotaan yang memiliki akses terhadap perkembangan budaya populer dan infrastruktur kreatif.
Kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali menjadi pusat perkembangan skena.
Beberapa titik kumpul favorit anak skena meliputi:
- Kafe atau coffee shop berkonsep vintage atau industrial
- Studio seni dan galeri independen
- Ruang komunitas kreatif dan co-working space
- Event seperti gigs, art market, dan festival film
Namun, dengan perkembangan digital, gaya hidup ini kini tak terbatas lokasi.
Banyak anak muda dari kota-kota kecil yang juga mengadopsi elemen-elemen skena melalui media sosial dan platform streaming musik.
Mengapa Gaya Hidup Skena Menarik?
Ada beberapa alasan mengapa gaya hidup skena menarik bagi anak muda:
- Kebebasan Ekspresi
Skena memberikan ruang bagi individu untuk mengekspresikan diri secara otentik melalui fashion, musik, hingga ideologi. - Komunitas yang Inklusif
Komunitas skena cenderung terbuka dan inklusif, menerima perbedaan dan menghargai keberagaman. - Anti-Mainstream
Anak skena sering memposisikan diri sebagai bagian dari kultur tandingan, menawarkan alternatif dari budaya arus utama yang dianggap terlalu komersial. - Identitas Sosial
Bergabung dalam skena memberikan identitas sosial tertentu yang diakui dan dihargai oleh sesama anggota komunitas. - Koneksi Emosional Lewat Musik
Musik indie, punk, emo, shoegaze, hingga folk menjadi medium penting dalam menyampaikan emosi dan nilai-nilai dalam skena.
Bagaimana Ciri-Ciri Anak Skena?
Untuk mengenali anak skena, berikut beberapa ciri khas mereka:
1. Fashion yang Unik dan Nostalgik
- Celana kargo, jeans baggy, atau celana wide-leg
- Kaos band indie atau t-shirt thrift dengan desain vintage
- Jaket denim atau oversize
- Sepatu sneakers klasik seperti Converse, Vans, atau Dr. Martens
- Aksesori seperti kacamata retro, tote bag, dan beanie
2. Selera Musik Alternatif
- Band lokal seperti .Feast, Hindia, Reality Club, dan The Adams
- Genre musik yang beragam seperti indie rock, dream pop, post-punk revival, hingga folk eksperimental
3. Aktif di Event Komunitas
- Sering hadir di gigs, bazar kreatif, pemutaran film indie, atau diskusi publik
4. Kritik Sosial dan Kesadaran Kolektif
- Tidak jarang anak skena memiliki kepedulian terhadap isu sosial seperti lingkungan, hak asasi, dan keadilan budaya.
Kesimpulan
Gaya hidup skena telah menjadi simbol pergerakan budaya anak muda yang menolak untuk diseragamkan.
Ia tumbuh dari komunitas-komunitas kecil, berkembang lewat musik dan fashion, dan kini menjadi bagian dari identitas urban milenial dan Gen Z.
Dengan karakter yang inklusif, dinamis, dan kreatif, skena menjadi ruang alternatif bagi anak muda untuk mengeksplorasi jati diri mereka sekaligus membangun koneksi sosial.
Jadi, apakah kamu merasa sefrekuensi dengan gaya hidup skena? Atau justru punya cerita sendiri tentang komunitas anak muda yang kamu ikuti?
***/
