SIMPAY PANARATAS GEMAKKAN MUSIK SUNDA DI PANGGUNG JERMAN

Berlin – Suara gamelan Degung dan gesekan tarawangsa khas Sunda menggema di berbagai kota Jerman, dibawa langsung oleh grup musik tradisional Indonesia, Simpay Panaratas. Dalam misi budaya yang penuh makna, mereka sukses memikat hati publik Eropa lewat rangkaian kegiatan pada 3–10 Agustus 2025.
Perjalanan budaya ini dimulai dari workshop di Rumah Budaya Indonesia (RBI) KBRI Berlin pada 3–4 Agustus, berlanjut ke EineWeltHaus Munich dengan sesi workshop dan konser pada 4–6 Agustus, hingga puncaknya di Young Euro Classic Festival 2025 di Berlin pada 9–10 Agustus.
Mengusung semangat pelestarian seni tradisional, Simpay Panaratas bukan sekadar tampil, tapi juga membagikan filosofi, nilai-nilai kolektif, dan kedalaman budaya Nusantara. Dukungan penuh datang dari KBRI Berlin, Panitia Young Euro Classic Festival 2025, dan organisasi budaya Cara Bali e.V. yang selama ini menjadi jembatan kolaborasi Indonesia–Jerman.
Di Berlin, mereka menghidupkan kembali Grup Gamelan Degung RBI KBRI yang sempat vakum, bahkan memperbaiki instrumen agar kembali siap dimainkan. Sementara di Munich, 36 peserta lokal ikut langsung belajar teknik hingga interpretasi musik Sunda—sebuah pertukaran budaya yang berlangsung hangat dan interaktif.
Panggung terbesar mereka adalah Young Euro Classic Festival, ajang bergengsi yang menampilkan musisi dari seluruh dunia. Tiket penampilan Simpay Panaratas ludes terjual—275 kursi penuh—menandakan tingginya minat publik Jerman pada musik Nusantara.
Tak hanya membawakan repertoar tradisional, mereka juga mempersembahkan karya kontemporer ciptaan Dedy Hernawan, komposer asal Sumedang sekaligus pimpinan grup. “Bisa memperkenalkan musik klasik dan kontemporer Sunda di ruang internasional seperti ini adalah kehormatan sekaligus tanggung jawab budaya,” ujarnya.
Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Berlin, Fajar Wirawan Harijo, menegaskan komitmen dukungan terhadap misi serupa. “KBRI Berlin senantiasa mendorong kolaborasi Pemerintah Daerah dengan seniman untuk mempromosikan budaya Indonesia di Jerman,” tandasnya.
Kehadiran Simpay Panaratas di Jerman menjadi bukti bahwa musik Indonesia memiliki daya tarik universal. Lebih dari sekadar penampilan, ini adalah langkah strategis diplomasi budaya—membuka peluang kolaborasi lintas negara dan memperluas cakrawala apresiasi seni dunia.
(Humas MIO Indonesia)
