Roti, Susu, dan Layar Tancap: Malam Penuh Cerita di Pigapu

Pigapu – Distrik Iwaka tak hanya menyimpan udara dingin pegunungan Papua. Sabtu (31/5), langit gelap berubah menjadi atap bersama—tempat warga duduk bersila, anak-anak berlarian, dan gelas-gelas susu hangat dibagikan dengan senyum.
Bukan hajatan, bukan upacara. Tapi layar putih yang digelar oleh Satgas TMMD ke-124 Kodim 1710/Mimika menjelma jadi titik temu: nonton bareng film pembangunan.
Sebelum film diputar, roti-roti dibagikan. Susu hangat mengalir ke tangan para warga. Hangatnya bukan hanya dari minuman itu sendiri, tapi dari suasana yang dibangun. TNI dan warga duduk tanpa jarak, berbagi tawa, berbagi cerita.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya menonton, tapi merasakan semangatnya. Film ini tentang desa, tentang perubahan. Tentang bagaimana kita bisa mulai dari mana saja,” ujar Letkol Inf M. Slamet Wijaya, Komandan Satgas TMMD.
Film yang diputar bukan film aksi. Tak ada ledakan, tak ada kejar-kejaran. Tapi wajah-wajah warga tetap terpaku. Di layar, pembangunan desa ditampilkan sebagai perjalanan: dari lumpur ke jalan rabat, dari gelap ke terang.
Di antara penonton, ada Bapak Hendrikus. Usianya lebih dari setengah abad, tapi matanya berbinar seperti anak-anak saat menyaksikan layar tancap itu.
“Kami senang. Ini bukan hanya hiburan, tapi pengingat. Bahwa desa bisa berubah. Bahwa kami bisa ikut membangun,” katanya pelan.
Acara nobar ini jadi bagian dari program nonfisik TMMD ke-124. Bukan hanya soal semen dan batu, tapi juga soal harapan dan pemahaman. Tentang bagaimana pembangunan bukan proyek, tapi proses bersama.
Malam di Pigapu pun ditutup tanpa tepuk tangan, tanpa kembang api. Hanya langkah pulang yang pelan, dan percakapan kecil antar warga: tentang film, tentang desa, tentang masa depan yang mereka rasa lebih mungkin kini.
(Kodim 1710/Mimika)
