Loreng dan Jingga di Jalanan Ibu Kota: Ketika Prajurit Marinir Menyapa Pahlawan Kebersihan

Jakarta Utara — Di antara deru kendaraan dan debu jalanan Jakarta Utara, dua warna mencolok terlihat berdampingan pagi itu: loreng hijau para prajurit Marinir dan jingga terang seragam pasukan oranye.
Bukan dalam barisan upacara, bukan pula dalam operasi militer. Mereka bertemu dalam sebuah misi sederhana—berbagi makanan dan menebar penghargaan.
Puluhan prajurit dari Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) III Jakarta turun langsung ke jalan membagikan ratusan paket makanan siap saji kepada para petugas kebersihan yang tengah bertugas di berbagai titik kota. Aksi bertajuk kepedulian ini menjadi angin segar di tengah hiruk pikuk ibukota.
“Kami ingin menunjukkan bahwa TNI, khususnya Korps Marinir, tidak hanya hadir di medan tempur, tapi juga di tengah masyarakat, bersama mereka yang setiap hari bekerja menjaga kota ini tetap bersih,” ungkap Komandan Yonmarhanlan III Jakarta, Letkol Marinir Anthonius P. Erwin, M.Tr.Opsla.
Dengan sapaan hangat dan tangan terbuka, para prajurit menghampiri petugas kebersihan yang sedang menyapu jalan atau mendorong gerobak sampah. Tak sedikit dari mereka yang terlihat terkejut, lalu tersenyum lebar saat menerima paket makan siang.
“Rasanya seperti dihargai. Jarang ada yang peduli seperti ini,” ujar Pak Warto, seorang petugas kebersihan yang sudah lebih dari satu dekade menyusuri jalanan Jakarta setiap hari sejak subuh.
Aksi ini bukan hanya soal membagi makanan, tetapi juga membangun kepercayaan dan menghapus sekat antara aparat dan masyarakat.
Sebuah bentuk penghormatan bagi mereka yang sehari-hari menjaga Jakarta tetap layak ditinggali, meski jarang mendapat sorotan.
Kegiatan ini juga diharapkan menjadi pemantik semangat bagi institusi lain untuk turut menumbuhkan budaya peduli kepada para pekerja lapangan—pahlawan kota yang sering tak terlihat, namun jasanya tak tergantikan.
Di bawah terik matahari Jakarta, loreng dan jingga hari itu tak hanya sekadar seragam. Mereka menjadi simbol persatuan dua kekuatan yang sama-sama menjaga negeri, dengan cara yang berbeda, namun tujuan yang serupa: memberi arti pada kata “pengabdian”.
(Pen Yonmarhanlan III)
