Teknologi

Augmented Reality vs Virtual Reality: Mana yang Lebih Relevan di 2025

Augmented Reality vs Virtual Reality: Mana yang Lebih Relevan di 2025 – Foto Istimewa

Teknologi – Dalam dunia teknologi imersif, Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) merupakan dua istilah yang semakin sering terdengar.

Keduanya membawa pendekatan berbeda dalam menggabungkan dunia nyata dengan dunia digital.

Augmented Reality adalah teknologi yang menyisipkan elemen visual, suara, atau data digital ke dalam dunia nyata secara real-time.

Contohnya, pengguna dapat melihat furnitur digital dari katalog e-commerce langsung di ruang tamu mereka menggunakan kamera smartphone.

Virtual Reality, sebaliknya, membawa pengguna masuk ke dalam lingkungan virtual sepenuhnya, yang biasanya memerlukan headset khusus.

Dalam dunia VR, seluruh realitas fisik digantikan oleh simulasi digital, menciptakan pengalaman imersif yang menyeluruh.

Meski mirip secara konsep, AR dan VR memiliki penerapan serta target pengguna yang berbeda.

Perbedaan ini menjadi semakin penting untuk dianalisis, khususnya di tahun 2025 ketika adopsi keduanya kian meluas di berbagai sektor.

Industri AR dan VR tidak bisa dilepaskan dari peran besar perusahaan teknologi global.

Beberapa nama yang mendominasi pengembangan dan distribusi teknologi ini antara lain:

  • Meta (dulu Facebook): Fokus pada dunia virtual metaverse melalui headset VR seperti Meta Quest 3.
  • Apple: Meluncurkan Apple Vision Pro, yang menggabungkan pengalaman mixed reality (gabungan AR dan VR).
  • Microsoft: Mengembangkan HoloLens untuk kebutuhan bisnis, militer, dan edukasi.
  • Google: Menyisipkan AR dalam berbagai layanannya seperti Google Maps (Live View) dan Google Lens.
  • Snap Inc.: Menjadikan teknologi AR sebagai inti dari pengalaman kamera Snapchat.

Selain perusahaan besar, startup dan pengembang aplikasi juga turut mendorong inovasi, terutama dalam menciptakan konten interaktif berbasis AR/VR untuk pendidikan, pelatihan, dan hiburan.

AR dan VR Mencapai Titik Adopsi yang Signifikan

Meskipun sudah ada sejak dekade 1990-an dalam bentuk prototipe awal, adopsi massal teknologi AR dan VR baru benar-benar mulai terasa dalam lima tahun terakhir.

Baca juga :  Dwikorita Karnawati Lakukan KuKer ke Stasiun BMKG Pekan Baru

Pandemi COVID-19 menjadi katalis penting, karena banyak aktivitas berpindah ke ranah digital.

Tahun 2023 hingga 2025 menjadi fase transisi yang signifikan:

  • 2023: Apple mengumumkan Vision Pro, membuka wacana baru soal perangkat mixed reality.
  • 2024: Meta memperluas adopsi metaverse dan dunia kerja virtual.
  • 2025: Teknologi pendukung seperti jaringan 5G, edge computing, dan komputasi awan telah cukup matang untuk menunjang pengalaman AR/VR yang lancar.

Momentum ini didorong oleh ketersediaan perangkat yang lebih ringan, baterai yang lebih efisien, serta harga yang perlahan turun, membuat teknologi ini makin mudah diakses publik luas.

Baik AR maupun VR telah diterapkan di berbagai sektor dengan pendekatan berbeda tergantung pada kebutuhan dan target penggunanya.

Berikut adalah beberapa sektor yang telah memanfaatkan teknologi ini:

Augmented Reality (AR):

  • Ritel dan E-commerce: AR memungkinkan konsumen untuk mencoba produk secara virtual. IKEA, misalnya, menggunakan aplikasi AR untuk menampilkan furnitur di ruang nyata konsumen.
  • Pendidikan: AR membuat materi pelajaran lebih interaktif. Gambar 2D pada buku bisa “hidup” dalam bentuk animasi 3D saat dipindai menggunakan kamera.
  • Kesehatan: Dokter dan ahli bedah menggunakan AR untuk menampilkan data medis saat melakukan prosedur.
  • Navigasi dan Transportasi: Aplikasi peta yang menampilkan arah secara visual di lingkungan sekitar melalui kamera.

Virtual Reality (VR):

  • Pelatihan dan Simulasi: Digunakan oleh militer, maskapai penerbangan, dan industri manufaktur untuk pelatihan berbasis simulasi.
  • Game dan Hiburan: Industri game menjadi pasar terbesar bagi VR, dengan pengalaman imersif yang tidak dapat ditawarkan oleh game konvensional.
  • Psikoterapi dan Rehabilitasi: VR dimanfaatkan untuk terapi fobia, PTSD, hingga program pemulihan fisik.
  • Arsitektur dan Desain: Menyediakan simulasi ruang virtual yang dapat ditelusuri sebelum pembangunan dimulai.
Baca juga :  Alasan Video TikTok Anda 0 Views dan Cara Mengatasinya

Pertarungan Relevansi di 2025

Persaingan antara AR dan VR bukan hanya soal teknologi, melainkan juga strategi bisnis, efektivitas penggunaan, serta potensi dampak sosialnya.

Tahun 2025 dipandang sebagai titik penting karena:

  1. Konsumen Makin Melek Teknologi: Ketersediaan informasi membuat konsumen mulai memahami perbedaan dan kegunaan masing-masing teknologi.
  2. Perusahaan Harus Fokus: Mengingat keterbatasan anggaran dan sumber daya, perusahaan harus memutuskan teknologi mana yang lebih sesuai untuk mereka adopsi.
  3. Pasar Global Menjadi Lebih Tersegmentasi: Negara berkembang cenderung mengadopsi AR karena bisa diakses lewat smartphone, sementara negara maju mulai menguji potensi VR secara lebih luas.

Menurut laporan IDC 2024, penggunaan AR di sektor konsumen tumbuh sebesar 78% secara tahunan, sementara VR tumbuh 35% dengan fokus pada sektor pelatihan dan game.

Tren teknologi menunjukkan bahwa masa depan AR dan VR tidak akan saling menggantikan, melainkan berjalan berdampingan dan bahkan berpotensi konvergen.

Beberapa prediksi dan arah tren yang perlu diperhatikan:

1. Konvergensi Teknologi

Perangkat seperti Apple Vision Pro dan Quest Pro mengintegrasikan AR dan VR dalam satu ekosistem, dikenal sebagai Mixed Reality (MR).

2. Dominasi AR di Perangkat Mobile

Dengan penetrasi smartphone yang tinggi, AR diprediksi menjadi lebih luas digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk belanja, edukasi, dan interaksi sosial.

3. VR untuk Dunia Industri dan Hiburan

VR tetap kuat dalam sektor yang memerlukan pengalaman penuh—terutama dalam game, pelatihan militer, simulasi medis, dan acara virtual.

4. Integrasi AI dan Analitik

Kecerdasan buatan akan menjadi komponen penting dalam menyesuaikan konten AR/VR dengan preferensi pengguna secara real-time.

5. Etika dan Privasi

Tantangan ke depan meliputi pengumpulan data pengguna melalui sensor dan kamera. Regulasi dan transparansi akan menjadi isu utama dalam adopsi teknologi ini secara luas.

Baca juga :  Panglima TNI Gandeng 30 Organisasi Pemuda Islam: Sinergi Moral dan Militer Demi Masa Depan Indonesia

AR Lebih Relevan, Tapi VR Tetap Vital

Melihat berbagai indikator di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2025, Augmented Reality lebih relevan untuk penggunaan harian dan penetrasi massal, berkat fleksibilitas, biaya rendah, serta integrasi langsung dengan perangkat yang sudah dimiliki masyarakat.

Namun demikian, Virtual Reality tetap vital dan relevan untuk konteks-konteks tertentu, khususnya dalam pelatihan, hiburan, dan pengembangan simulasi yang menuntut pengalaman penuh dan mendalam.

Alih-alih memilih salah satu, banyak perusahaan justru mulai mengembangkan strategi hybrid yang memanfaatkan kelebihan keduanya, menciptakan ekosistem digital yang saling melengkapi.**/

Simak berita dan artikel pilihan Gensa Media Indonesia langsung dari WhatsApp Channel, klik disini : "https://whatsapp.com/channel/GensaClub" dan pastikan kamu memiliki aplikasi WhatsApp yaa.
Sebelumnya

Teknologi Blockchain 2.0: Masa Depan Desentralisasi di Berbagai Industri

Selanjutnya

Tren Bisnis 2025: Bisnis Berbasis Data, Otomatisasi, dan Customer-Centric

icuen
Editor

icuen

Gensa Media Indonesia