Suasana di Dermaga Kodaeral IX Ambon pagi itu berbeda. Di antara nuansa kelabu baja kapal perang dan seragam prajurit, riuh rendah suara puluhan anak-anak justru memecah kesunyian. Mereka adalah siswa-siswi TK RA Mutiara Waiheru dan PAUD Cahaya Pelangi, yang datang bukan untuk melihat dari jauh, melainkan untuk menapaki langsung geladak KRI Posepa-870.

Dengan mata penuh rasa ingin tahu, para siswa itu menyimak setiap penjelasan dari para prajurit. Dari ujung tiang radar hingga ruang kemudi, setiap sudut kapal menjadi ruang kelas yang hidup. Pertanyaan-pertanyaan polos mereka tentang senjata dan kehidupan di laut pun dijawab dengan sabar, mengubah kompleksitas teknologi militer menjadi cerita yang mudah dicerna.

“Sangat interaktif, anak-anak boleh bertanya, mencoba, dan berfoto. Ini jauh dari kesan menakutkan,” ujar salah satu guru pendamping, Ibu Yosaat dari PAUD Cahaya Pelangi. Ia menyebut kunjungan ini sebagai pembelajaran luar kelas yang berharga, tidak hanya memperkenalkan alutsista, tetapi juga menanamkan benih kecintaan pada tanah air.

Antusiasme yang sama terpancar dari pihak sekolah RA Mutiara Waiheru. Menurut perwakilan mereka, penjelasan detail dari kru KRI tentang spesifikasi kapal berhasil dibawakan dengan cara yang memukau bagi anak-anak. “Kesuksesannya terlihat dari wajah mereka yang paham dan gembira,” katanya.

Di balik celoteh ceria dan langkah-langkah kecil di atas dek, kegiatan ini adalah sebuah investasi nyata. Kodaeral IX sengaja membuka pintu lebar-lebar sebagai bagian dari upaya menanamkan semangat bahari dan nasionalisme kepada generasi paling dini. Mereka diajak melihat langsung wujud nyata penjaga kedaulatan negeri, merasakan kebanggaan itu bukan dari buku, tetapi dari pengalaman yang akan terus mereka kenang.

Hari itu, KRI Posepa-870 bukan hanya tentang senjata dan misi tempur. Ia menjadi jembatan yang menghubungkan hati anak-anak Ambon dengan laut dan bangsanya.