Jam Kiamat 2025: Dunia Semakin Dekat dengan Titik Kehancuran
Tentang ancaman besar yang kita hadapi. Para pemimpin dunia harus memulai diskusi dan mengambil langkah nyata sebelum terlambat

Teknologi – Dunia semakin mendekati ancaman global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ilmuwan dari Bulletin of the Atomic Scientists’ Science and Security Board (SASB) secara resmi menetapkan waktu Jam Kiamat 2025 berada di angka 89 detik menjelang tengah malam.
Ini merupakan jarak terpendek dalam sejarah 78 tahun terakhir sejak konsep Jam Kiamat pertama kali diperkenalkan. Pergeseran ini menandakan bahwa dunia semakin tidak stabil, dengan berbagai ancaman yang terus meningkat tanpa adanya solusi konkret dari pemimpin global.
Dalam pernyataan resminya, SASB menegaskan bahwa penetapan waktu ini didasarkan pada berbagai faktor ancaman global yang semakin mengkhawatirkan. Beberapa faktor utama yang mendorong pergeseran ini meliputi:
- Ancaman Nuklir yang Kian Meningkat
Ilmuwan mencatat bahwa Rusia telah menangguhkan kepatuhan terhadap perjanjian New START dan menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif.
Sementara itu, China mempercepat pengembangan persenjataan nuklirnya, dan Amerika Serikat gagal berperan sebagai penengah yang dapat mengurangi eskalasi global.
Ketiga negara ini justru memperluas kapasitas nuklirnya dan memperkuat doktrin bahwa perang nuklir terbatas dapat dikelola sebuah pemikiran yang sangat berbahaya.
Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa ketegangan geopolitik yang terus meningkat bisa berujung pada konflik berskala besar yang melibatkan senjata pemusnah massal. - Krisis Iklim yang Kian Parah
Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Cuaca ekstrem seperti badai tropis, kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan semakin menghancurkan masyarakat serta ekosistem di seluruh dunia.
Sayangnya, kebijakan global masih jauh dari cukup untuk menangani masalah ini, bahkan beberapa negara besar mengabaikan isu perubahan iklim dalam agenda politiknya.
Para ilmuwan menegaskan bahwa jika tidak ada perubahan drastis dalam upaya mitigasi, dampak krisis iklim bisa lebih parah dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya, dengan miliaran orang terdampak. - Ancaman dari Kecerdasan Buatan (AI) dan Teknologi Disruptif
Usulan untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem persenjataan menimbulkan kekhawatiran global.
Ilmuwan mempertanyakan sejauh mana AI akan diberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan militer, terutama dalam penggunaan senjata nuklir atau otonom yang mampu menargetkan dan menghancurkan tanpa intervensi manusia.
Selain itu, teknologi AI yang semakin canggih dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu secara masif, memperburuk polarisasi sosial, serta meningkatkan ketidakstabilan global. - Ancaman Biologis yang Terus Meningkat
Pandemi COVID-19 telah meningkatkan skeptisisme publik terhadap langkah-langkah kesehatan masyarakat, sementara ancaman dari penyakit menular baru terus berkembang.
Penyalahgunaan AI dalam penelitian biologi dan meningkatnya jumlah laboratorium patogen tanpa pengawasan ketat juga menimbulkan risiko besar bagi dunia.
Penyebaran penyakit menular yang tidak terkendali bisa menyebabkan dampak sosial dan ekonomi yang berkepanjangan, terutama di negara-negara dengan infrastruktur kesehatan yang lemah.
Dampak Global dan Seruan Ilmuwan
Ketua SASB, Daniel Holz, PhD, menekankan bahwa Jam Kiamat bukan sekadar simbol, melainkan sebuah peringatan nyata akan ancaman eksistensial yang semakin mendekat. Ia menyerukan agar para pemimpin dunia segera mengambil tindakan untuk menghindari skenario terburuk.
“Tujuan dari Jam Kiamat adalah untuk memulai percakapan global tentang ancaman besar yang kita hadapi. Para pemimpin dunia harus memulai diskusi dan mengambil langkah nyata sebelum terlambat,” ujar Holz.
Juan Manuel Santos, Ketua The Elders dan Pemenang Nobel Perdamaian, juga menyampaikan keprihatinannya.
“Jam Kiamat terus bergerak maju di tengah ketidakstabilan global yang mendalam dan ketegangan geopolitik yang meningkat. Ini adalah seruan mendesak bagi semua pemimpin dunia untuk bertindak bersama. Setiap detik sangat berarti.”
Ilmuwan menegaskan bahwa meskipun situasi tampak suram, masih ada harapan jika pemimpin dunia berani mengambil langkah-langkah berikut:
- Menghidupkan kembali perjanjian pengendalian senjata nuklir dan mengurangi ketergantungan pada doktrin perang nuklir.
- Mempercepat transisi menuju energi terbarukan dan memperketat kebijakan mitigasi perubahan iklim.
- Membatasi penggunaan AI dalam sistem senjata dan menetapkan regulasi global yang jelas.
- Menguatkan kebijakan kesehatan global untuk menghadapi ancaman penyakit menular di masa depan.
- Meningkatkan diplomasi antarnegara untuk menurunkan ketegangan geopolitik dan menghindari potensi konflik bersenjata.
- Memastikan keterlibatan masyarakat dalam kebijakan global agar kepentingan publik tetap menjadi prioritas utama.
Dengan Jam Kiamat 2025 hanya tersisa 89 detik menuju tengah malam, dunia berada dalam kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ilmuwan berharap peringatan ini dapat menggugah kesadaran global dan mendorong tindakan nyata sebelum terlambat. Masyarakat internasional kini menunggu langkah konkret dari para pemimpin dunia untuk menarik dunia dari jurang kehancuran.
Jika tidak ada tindakan segera, maka manusia akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar dan berisiko kehilangan kendali atas masa depan peradaban kita sendiri. (sumber: inet.detik.com)
Editor: icuen