Fiksi

Hamil Karena Hubungan Gelap, Rani: Aku Hanya Ingin Anakku Diakui

Hamil Karena Hubungan Gelap, Rani: Aku Hanya Ingin Anakku Diakui – Foto Istimewa

Fiksi – Namaku Rani (bukan nama sebenarnya), Aku bekerja sebagai terapis pijat di sebuah klinik kebugaran di pinggiran kota.

Hidupku sederhana. Aku hanya ingin hidup tenang, bisa membantu orang tua di kampung, dan menabung untuk masa depan.

Tapi semua itu berubah sejak aku bertemu dia, seorang pejabat publik, yang tak bisa kusebutkan namanya karena ancaman yang masih membayangi hingga kini.

Kami pertama kali bertemu saat dia datang ke tempatku bekerja, mengeluh tentang kelelahan dan stres karena pekerjaannya.

Penampilannya rapi, tutur katanya sopan. Tidak ada yang aneh. Tapi lama kelamaan, dia mulai memperlakukanku berbeda.

Memberi tip besar, sering minta dipijat secara pribadi, bahkan menghubungiku di luar jam kerja.

Awalnya, aku menganggapnya hanya klien istimewa. Tapi dia terus merayu, menjanjikan banyak hal.

“Aku serius sama kamu, Rani,” katanya suatu malam setelah sesi pijat di sebuah hotel.

“Aku akan menceraikan istriku, kita mulai hidup baru.”

Aku percaya. Mungkin karena selama hidupku belum pernah ada lelaki yang memperlakukanku seistimewa itu.

Aku mulai terjerumus dalam hubungan terlarang yang kusembunyikan dari semua orang, bahkan dari keluargaku sendiri.

Sampai akhirnya aku tahu bahwa aku hamil.

Waktu aku memberi tahu kabar itu, wajahnya langsung berubah.

Tidak ada lagi senyuman manis. Tidak ada pelukan seperti biasanya. Dia hanya menatapku tajam.

“Kamu gila? Ini bisa menghancurkan karierku!” bentaknya.

“Tapi ini anakmu…”

“Aku tidak mau tahu! Gugurkan saja!”

Air mataku jatuh seketika. Hatiku hancur.

Aku tidak bisa melakukan itu. Bukan pada darah dagingku sendiri.

Sejak saat itu, dia menghilang. Tidak membalas pesan. Tidak menjawab telepon.

Saat aku mencoba datang ke kantornya, satpam mengusirku.

Baca juga :  Mobil, Utang, dan Harga Diri yang Terenggut: Kisah Bunga dari Bekasi

Beberapa hari kemudian, aku mendapat pesan singkat dari nomor tak dikenal.

“Kalau kamu berani membuka mulut soal ini ke publik, kamu akan menyesal. Anakmu juga akan kena akibatnya.”

Aku menggigil membaca pesan itu. Aku sadar, dia menggunakan kekuasaannya untuk membungkamku.

Tapi aku bukan perempuan yang akan diam saat anakku diperlakukan seolah tidak ada.

Aku melahirkan sendirian. Tanpa suami, tanpa dukungan. Hanya ibuku yang setia di sisiku.

Anak ini tumbuh sehat, dan matanya… persis seperti ayahnya.

Setiap kali aku memandangnya, perasaanku campur aduk antara cinta, marah, dan luka yang belum sembuh.

Bukan uang yang kuinginkan. Bukan juga pengakuan di depan umum.

Aku hanya ingin dia bertanggung jawab sebagai ayah. Anakku berhak tahu siapa dirinya.

Berhak mendapat hak yang seharusnya.

Jika bukan karena rasa takut akan ancamannya, aku sudah lama membongkar semuanya.

Tapi aku tahu, aku tidak sendiri.**/bersambung… ^__^

Jika ada di antara kalian yang mengalami hal serupa, diintimidasi, disakiti, atau ditinggalkan tanpa tanggung jawab oleh mereka yang merasa punya kuasa, jangan takut untuk bicara, Kamu tidak sendirian.

Hubungi nomor pengaduan di WhatsApp. Bicaralah, suaramu penting, Anak-anak layak mendapat masa depan yang adil.

Catatan Redaksi:
Cerita ini adalah fiksi yang diangkat dari peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Nama dan beberapa detail disamarkan untuk melindungi privasi. Jika Anda mengalami kekerasan, ancaman, atau ketidakadilan dalam bentuk apa pun, mohon segera cari bantuan. Anda layak mendapatkan perlindungan dan keadilan.

Simak berita dan artikel pilihan Gensa Media Indonesia langsung dari WhatsApp Channel, klik disini : "https://whatsapp.com/channel/GensaClub" dan pastikan kamu memiliki aplikasi WhatsApp yaa.

Penulis: SP

Sebelumnya

Rangkaian Kegiatan TMMD ke-124 di Jayapura "Resmi Ditutup Danrem 172/PWY"

Selanjutnya

Mobil, Utang, dan Harga Diri yang Terenggut: Kisah Bunga dari Bekasi

Nadya
Penulis

Nadya

Gensa Media Indonesia