Miss Universe: Lebih dari Sekadar Mahkota, Standar, Rekam Jejak, dan Inspirasi

Oleh: Novita Sari Yahya
National Director Indonesia 2023–2024 kategori Miss, Mrs, dan Mister, penulis dan peneliti
Ajang Miss Universe selalu menimbulkan pesona. Tapi di balik gaun berkilauan dan sorak penonton, ada sebuah standar ketat yang jarang dibicarakan.
Miss Universe bukan sekadar kontes kecantikan—ia adalah panggung kredibilitas internasional yang menuntut figur berintegritas, berpendidikan, serta punya rekam jejak yang bisa diteladani.
Sepuluh tahun terakhir menunjukkan pola yang menarik. Hampir semua pemenang memiliki tinggi badan rata-rata 174 cm, berasal dari keluarga dengan latar pendidikan atau profesional yang kuat, serta punya advokasi sosial yang konsisten.
Pia Wurtzbach (Filipina, 2015) misalnya, lahir dari keluarga campuran Jerman-Filipina yang sempat bercerai. Meski hidup tidak mudah, Pia membuktikan ketangguhannya sejak remaja.
Iris Mittenaere (Prancis, 2016) tumbuh dari keluarga akademisi, sementara Zozibini Tunzi (Afrika Selatan, 2019) menegaskan peran pendidikan sebagai fondasi utama dalam hidupnya.
Pola ini berulang hingga ke Sheynnis Palacios (Nikaragua, 2023) dan Victoria Kjær Theilvig (Denmark, 2024).
Meski sebagian dibesarkan di keluarga yang tidak utuh, mereka menjadikan pengalaman pribadi sebagai bahan bakar advokasi—dari isu anti-rasisme, kesehatan mental, hingga anti-kekerasan.
Hal yang tak kalah penting adalah jejak digital.
Media sosial para pemenang bersih dari konten pesta liar, promosi alkohol, atau kontroversi murahan.
Sebaliknya, mereka mengisinya dengan kampanye pendidikan, kesetaraan gender, hingga lingkungan. Di era ketika citra publik bisa runtuh oleh satu unggahan, ketegasan ini menjaga martabat Miss Universe di mata dunia.
Sejarah bahkan mencatat, saat ada pelanggaran serius, organisasi tidak ragu mengambil sikap.
Kasus Tara Conner, Miss USA 2006, yang tersandung narkoba dan alkohol menjadi peringatan keras bahwa mahkota bukan hanya soal kecantikan, tapi tanggung jawab moral.
Dari sini jelas, Miss Universe adalah refleksi nilai keluarga, pendidikan, dan integritas. Latar belakang yang kuat melahirkan figur dengan empati dan daya juang tinggi.
Negara yang ingin berjaya di panggung dunia harus selektif mengirimkan kandidat, bukan sekadar cantik, tetapi juga otentik dan memiliki cerita hidup yang bisa menginspirasi.
Karena pada akhirnya, Miss Universe bukan panggung drama, melainkan ruang bagi perempuan dari seluruh dunia untuk menjadi voice of change (suara perubahan).
