Tawa yang Berubah Jadi Duka: Tragedi Mabuk di Asrama Pelayar Tanjung Priok

Jakarta Utara — Tadinya cuma sore biasa di Asrama Pelayar Jalan Enggano, Tanjung Priok. Makan bareng, ketawa, minum bir hitam dan Aseng, suasana cair kayak biasanya. Tapi siapa sangka, dalam satu percikan emosi, semuanya berubah jadi tragedi.
LH (26) — pelayar muda penuh semangat — harus kehilangan nyawanya di tangan temannya sendiri, YR alias Acil, Jumat (18/4/2025) sore.
Semua bermula dari candaan ringan. Tapi, di tengah pengaruh alkohol, candaan kecil bisa terasa kayak serangan besar. YR, yang sudah mabuk berat, tiba-tiba tersinggung. Emosinya meledak.
Dengan cepat, YR minta semua orang keluar dari kamar. Tinggal dia berdua sama LH. Sunyi. Tegang.
Tanpa banyak bicara, YR mengambil sebilah parang dari atas lemari. Dalam satu ayunan brutal, parang itu mengenai kepala, tangan, dan pundak LH. Seketika, lantai asrama dipenuhi darah. LH tak sempat menyelamatkan diri.
Teman-teman yang kembali ke ruangan hanya bisa terpaku. Apa yang barusan terjadi?
Semalam suntuk, suasana asrama berubah jadi sunyi — sunyi yang mencekam.
Pagi harinya, tim Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara bergerak cepat. Sabtu (19/4/2025) pukul 09.00 WIB, YR ditangkap. Parang berlumuran darah, celana jeans, dan celana pendek bercorak biru putih disita sebagai barang bukti.
“Pelaku sudah diamankan di Polres Metro Jakarta Utara untuk proses hukum lebih lanjut,” kata AKP Seno Pradana, Kanit Resmob Polres Metro Jakut, Sabtu (26/4/2025).
YR kini harus menghadapi ancaman Pasal 351 ayat (3) KUHP: penganiayaan berat yang menyebabkan kematian, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Dari tawa jadi tangis. Dari canda jadi bencana. Tragedi ini mengingatkan kita: mabuk dan emosi bisa mengubah persahabatan jadi kehilangan yang selamanya.
