Beranda Berita Korban Tewas Akibat Mpox di Afrika Meningkat, Kini Capai 1.200 Jiwa
Berita

Korban Tewas Akibat Mpox di Afrika Meningkat, Kini Capai 1.200 Jiwa

Lonjakan ini menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Afrika. Mpox bukan hanya masalah nasional, tetapi telah menjadi ancaman kontinen

Pasien yang tertular mpox dan keluarganya terlihat di pusat pengobatan mpox di pinggiran Bukavu, provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik Kongo (DRC), – (Foto istimewa)

Addis Ababa – Jumlah korban tewas akibat wabah mpox di Afrika terus meningkat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) melaporkan bahwa hingga kini angka kematian mencapai 1.200 jiwa, dengan total kasus sepanjang tahun 2024 mencapai 62.171.

Seperti dilansir dari laman antaranews.com. Dalam konferensi pers daring yang digelar Kamis malam (5/12), Direktur Jenderal CDC Afrika, Jean Kaseya, menyampaikan bahwa wabah ini telah menyebar ke 20 negara di Afrika. Dari total kasus yang dilaporkan, 13.579 di antaranya telah terkonfirmasi secara laboratorium.

“Pada pekan lalu saja, Afrika melaporkan 2.708 kasus baru, termasuk 565 kasus terkonfirmasi dan 36 kematian. Ini menunjukkan bahwa mpox adalah salah satu wabah terbesar setelah pandemi COVID-19,” ujar Kaseya.

Kaseya mengungkapkan bahwa jumlah kasus mpox sepanjang tahun 2024 mengalami peningkatan hingga 716 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika tren ini terus berlanjut, angka peningkatan diperkirakan akan melebihi 800 persen pada akhir Desember.

“Lonjakan ini menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Afrika. Mpox bukan hanya masalah nasional, tetapi telah menjadi ancaman kontinen,” tambahnya.

Lebih lanjut, Kaseya menjelaskan bahwa wabah mpox kali ini lebih kompleks karena melibatkan kombinasi empat galur (strain) virus yang berbeda.

“Kombinasi strain ini menyulitkan pengendalian wabah karena memerlukan pendekatan yang lebih terarah,” jelasnya.

Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), pertama kali terdeteksi pada monyet laboratorium pada 1958. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui cairan tubuh, percikan saluran pernapasan, atau benda yang terkontaminasi.

Gejala umum mpox meliputi demam, ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Meski biasanya tidak mematikan, wabah kali ini menunjukkan tingkat keparahan yang lebih tinggi.

Baca juga :  Kalau Saya dan Ahok Diberi 1 Kesempatan Lagi, Kemiskinan Jakarta di Bawah 5 Persen

CDC Afrika telah menetapkan wabah mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS) sejak Agustus 2024. Langkah ini diikuti oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), level tertinggi peringatan kesehatan global.

Wabah mpox ini mengungkapkan tantangan mendalam dalam sistem kesehatan Afrika. Banyak negara masih kekurangan infrastruktur medis yang memadai untuk menangani wabah penyakit menular. Selain itu, akses terbatas terhadap vaksin dan pengobatan membuat upaya pengendalian semakin sulit.

“Situasi ini memerlukan kolaborasi internasional, termasuk dukungan dalam bentuk dana, tenaga medis, dan distribusi vaksin,” tegas Kaseya.

CDC Afrika bersama pemerintah di negara-negara terdampak terus memperkuat langkah pengendalian wabah. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan protokol kesehatan, menghindari kontak fisik dengan pasien mpox, dan segera melaporkan gejala yang mencurigakan.

Mpox kini bukan hanya menjadi ancaman bagi Afrika, tetapi juga berpotensi menyebar ke wilayah lain jika tidak ditangani dengan serius. Kolaborasi antara negara-negara Afrika dan dunia internasional sangat penting untuk mencegah dampak yang lebih luas.

(red/*)

Simak berita dan artikel pilihan Gensa.Club langsung dari WhatsApp Channel, klik disini : "https://whatsapp.com/channel/GensaClub" dan pastikan kamu memiliki aplikasi WhatsApp yaa.

Editor: Nadya

Sebelumnya

Polisi Ungkap Praktik Kecantikan Ilegal di Jakarta Selatan, Dua Tersangka Diamankan

Selanjutnya

Aktivis Jadi Korban Penganiayaan, Kuasa Hukum Desak Polres Banyuasin Bertindak Cepat

Gensa Club