25th Mengabdi Alumni Bintara PK Angkatan VII Rayakan Reuni di Cianjur

Cianjur – Sebuah perjalanan panjang penuh dedikasi akhirnya kembali dipertemukan dalam suasana hangat penuh haru.
Alumni Bintara Prajurit Karier (PK) Angkatan Ke-VII Tahun 2000 TNI AD menggelar Reuni Akbar memperingati 25 tahun pengabdian mereka, Minggu (22/6/2025), di Vila Puncak Kana, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Tak kurang dari 60 personel TNI dari matra darat—baik pria maupun wanita—hadir bersama keluarga besar mereka, membentuk kerumunan penuh tawa, pelukan hangat, dan cerita masa lalu yang kembali hidup.
Total lebih dari 120 jiwa turut menyemarakkan acara yang menjadi simbol kuatnya ikatan di antara para pejuang berbaret hijau ini.
Dengan mengusung tema “Meningkatkan Kepedulian dan Kebersamaan di Antara Lettingan dari Pulau Jawa Sampai Daerah Agar Tercipta Solidaritas Tanpa Batas dan Ikatan Kekeluargaan yang Kuat”, reuni perak ini tak hanya menjadi ajang nostalgia, tapi juga ruang refleksi dan rencana besar untuk masa depan.
Acara dibuka dengan khidmat melalui doa bersama, dilanjutkan laporan ketua panitia, sambutan dari Ketua Millenium, sesi diskusi program, dan puncaknya: pemilihan Ketua Millenium periode 2025–2028.
Dalam sambutannya, Kapten Chk (K) Sary Rahayu, Ketua Millenium sebelumnya, menyampaikan harapan besar agar Millenium bisa melangkah lebih jauh.
“Bukan sekadar kumpulan, ke depan kita bisa wujudkan Millenium sebagai badan hukum—asosiasi resmi yang bergerak untuk kesejahteraan seluruh keluarga besar Millenium. Bayangkan jika kita memiliki Yayasan Millenium Nusantara yang sah dan berdampak luas,” ungkapnya disambut tepuk tangan meriah.
Estafet kepemimpinan pun dilanjutkan kepada Lettu Inf Sucahyono, Ketua Millenium yang baru. Dalam pidatonya, ia mengajak seluruh lettingan untuk tetap solid dan aktif.
“Cita-cita tanpa usaha hanyalah angan. Maka mari kita rapatkan barisan, perkuat silaturahmi, dan terus peduli pada satu sama lain demi kejayaan keluarga besar Bintara PK Millenium,” ujarnya penuh semangat.
Kebersamaan yang terjalin hari itu bukan sekadar seremoni. Di balik pelukan dan canda tawa, ada janji yang terpatri kuat: bahwa darah juang dan persaudaraan mereka akan terus hidup, menyatu dalam satu kata—solidaritas tanpa batas. (**)
