Kodaeral IX Ambon Meriahkan Pagelaran Budaya Ma’atenu Pakapita Matasiri 2025
TNI AL, Ambon — Suara tifa bertalu, sorak penonton bergema di Negeri Pelauw, Pulau Haruku, Kamis (6/11/2025). Di tengah semangat kebersamaan itu, Komando Daerah Angkatan Laut IX (Kodaeral IX) Ambon hadir menyemarakkan Pagelaran Budaya Ma’atenu Pakapita Matasiri Tahun 2025, sebuah tradisi sakral masyarakat Uli Hatuhaha yang sarat nilai sejarah, spiritualitas, dan keberanian.
Komandan Kodaeral IX, Laksamana Muda TNI Hanarko Djodi Pamungkas, S.H., yang diwakili Pabanren Sintel Kodaeral IX Letkol Laut (KH) Franky Jamris Akihary, S.Pt, turut hadir dalam acara tersebut sebagai bentuk dukungan nyata TNI AL terhadap pelestarian budaya daerah.
Ritual Ma’atenu, yang bermakna “menguji kekebalan diri terhadap senjata tajam,” telah menjadi warisan turun-temurun masyarakat Pulau Haruku sejak berabad-abad lalu. Tahun ini, acara tersebut mengusung tema “Ragam Gerak Satu Jiwa Maningkamu,” yang menggambarkan semangat persatuan dalam keberagaman dan cinta terhadap tanah leluhur.
“Budaya seperti ini adalah jiwa bangsa. TNI AL hadir bukan hanya menjaga laut, tapi juga menjaga warisan budaya yang hidup di pesisir Nusantara. Melestarikan budaya berarti memperkuat jati diri dan memperkokoh persaudaraan,” ujar Letkol Laut (KH) Franky Jamris Akihary dalam sambutannya.
Selain upacara adat Ma’atenu, acara juga diramaikan dengan tarian Cakalele, simbol keberanian dan penghormatan kepada leluhur. Ribuan masyarakat dan pemuda Negeri Pelauw tampak antusias mengikuti prosesi, menjadikan suasana penuh makna dan kebanggaan.
Kehadiran TNI AL dalam kegiatan ini menjadi bukti sinergi antara militer dan masyarakat dalam menjaga harmoni serta memperkuat ketahanan budaya nasional.
Turut hadir dalam kegiatan ini Raja Negeri Pelauw, Wakil Gubernur Maluku, Pangdam XV/Pattimura, Kapolda Maluku, Bupati Maluku Tengah, Wakil Wali Kota Ambon, serta sejumlah Pejabat Utama Kodam XV/PTM, Polda Maluku, Dandim 1504, Kapolresta Ambon, dan P.P. Lease.
Pagelaran yang berlangsung khidmat dan meriah ini menegaskan bahwa semangat cinta budaya tak lekang oleh waktu — dari pesisir Pulau Haruku, gema Ma’atenu kembali mengingatkan semua akan makna persatuan dalam keberagaman.
(Dispen Kodaeral IX)







