Puncak Jaya, 1 Mei 2025 – Di atas Bukit Zaitun yang hijau dan berselimut kabut tipis, Merah Putih terbentang megah. Bukan sembarang bendera—panjangnya luar biasa, warnanya mencolok di antara pepohonan Papua, dan yang lebih penting: dikibarkan bersama oleh rakyat dan aparat keamanan, satu suara, satu semangat.

Momen ini bukan cuma perayaan tanggal. Ini adalah pernyataan: Papua ada, Papua ikut, Papua cinta Indonesia.

Satgas Yonif 715/Motuliato bareng aparat gabungan dan masyarakat lokal memeriahkan peringatan 1 Mei—tanggal yang selama ini sering jadi panggung narasi konflik—dengan cara yang adem dan bermakna. Tanpa teriak, tanpa gaduh. Cukup dengan Merah Putih, lagu kebangsaan, dan langkah kaki ke puncak bukit.

Letkol Inf Prawito, Dansatgas Yonif 715, bilang kalau ini bentuk cinta yang enggak bisa dibantah. “Dua versi sejarah memang masih diperdebatkan. Tapi hari ini, warga Puncak Jaya menunjukkan di mana hatinya berpijak: di NKRI,” katanya.

Buat sebagian besar warga, ini lebih dari simbol. Ini tentang rasa memiliki. Seperti kata Pak Telius Wonda, tokoh gereja di sana, “Saya merinding. Bendera ini seperti pelukan untuk semua warga Papua. Damai itu nyata, dan kita bisa bersama.”

Yang bikin momen ini makin kuat adalah kehadiran para tokoh lintas sektor: dari Dandim, Kapolres, Dansatgas, hingga para kepala suku dan tokoh agama. Mereka semua duduk bersama, berdiri bersama, menyanyi bersama.

Di tengah dunia yang penuh narasi pecah-belah, Bukit Zaitun pagi itu menunjukkan narasi baru: tentang persatuan yang lahir dari aksi nyata, bukan hanya dari pidato atau papan reklame.

Dan saat lagu “Indonesia Raya” menggema, tak ada yang bisa menyangkal—Papua sedang bicara lewat bendera.

(Satgas Yonif 715/Mtl)