Kopi dan Ucapan Pamit pada Hari-hari Terakhir Keluarga yang Keracunan di Bantargebang
Seperti yang telah dilansir oleh Kompas.com Penulis : Joy AndreEditor : […]
Seperti yang telah dilansir oleh Kompas.com
Penulis : Joy Andre
Editor : Jessi Carina
Kasus dugaan keracunan yang terjadi di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, kini masih terus menimbulkan pertanyaan. Keseharian para korban pun diungkapkan oleh tetangga sekitar. Lima korban yang terdiri dari Ai Maimunah (40) dan NR (5) (perempuan); Ridwan Abdul Muiz (23), Muhammad Riswandi (17), dan Muhammad Dede Solehudin (34) (laki-laki) itu memang tidak dikenal dengan baik oleh warga di lingkungan sekitar.
Para korban bahkan dikenal tertutup karena dianggap tidak bergaul dengan lingkungan dan tetangganya. Ami (60) adalah salah satu tetangga yang mengungkapkan hal tersebut. Ia mengaku tidak mengetahui soal identitas para korban, meski korban sering berbelanja di warung milik Ami.
“Lima orang itu saya enggak tahu namanya, si A, si B, enggak tahu. (Mereka) cuma sebatas belanja saja ke sini (warung),” ujar Ami di lokasi, Senin (16/1/2023). Ami juga menyebut, sebelum kejadian, rumahnya memang sempat disambangi oleh korban yang hendak menumpang menonton acara televisi. Namun, kala itu korban yang datang tidak banyak berbicara dengannya.
“Datang asal datang, enggak banyak ngobrol, enggak nanya nama, numpang nonton bola doang,” jelas Ami. Tak mengetahui ada warga yang pindah Senada dengan Ami, tetangga yang lain yakni Nur Aisyah (35) juga mengungkapkan hal yang sama. Saking tertutupnya keluarga tersebut, Nur Aisyah bahkan tak mengetahui ada warga yang pindah ke bangunan kontrakan tersebut.
Padahal, tempat tinggal Nur hanya berjarak satu rumah dari kontrakan korban. “Saya enggak tahu mereka di sini siapa saja. Naik kendaraan apa juga enggak tahu. Tahu-tahu mereka sudah (pindah) di sini,” ujar Nur Sepanjang ingatannya, Nur Aisyah bahkan tak pernah melihat ada perabot atau kendaraan yang digunakan oleh para penghuni kontrakan.
Baca juga : Ini Fakta Kejadian Bentrokan Maut di PT GNI Morowali Utara
Nur juga mengatakan, lima orang yang ada di rumah tersebut hanya sebatas pergi ke warung dan tak dikenal akrab oleh tetangga. “Kalau berpapasan sih, namanya juga tetangga, mereka paling jajan di warung belakang, beli galon. Paling nyapanya juga cuma gitu, enggak pernah tahu namanya,” kata Nur.
Kopi dan ucapan pamit menjadi petunjuk Meski tertutup, Ani (40), mengungkapkan bahwa ada aktivitas tak lazim yang dilakukan oleh korban. Aktivitas itu mereka lakukan tepat setelah malam sebelum kejadian mereka ditemukan tersungkur lemas. Salah satunya adalah apa yang ditunjukkan korban atas nama Muhammad Dede Solehudin. Malam sebelum kejadian, korban membeli 5 saset kopi hitam.
Padahal, Ani mengingat bahwa Dede lebih suka membeli kopi saset dengan merek yang berbeda. “Beli kopi hitam lima saset tepat semalam sebelum kejadian, (yang beli) si Mang Deden, padahal biasanya beli kopi Good Day yang warna merah,” ujar Ani.
Selain Deden, korban atas nama Ai Maimunah juga menunjukkan hal tidak lazim kepada ibu dari Ani, yaitu Ami. Ami mengatakan, Ai Maimunah sempat pamit dan mengatakan bahwa dirinya akan segera dijemput oleh suaminya, WWN, untuk segera kembali ke Cianjur. “Ibunya (Ai Maimunah) sempat bilang ‘saya mau dijemput’, itu disebutnya malam, tepat sebelum kejadian,” ungkap Ami.
Keracunan atau diracun? Kepastian soal informasi apakah korban diracun atau keracunan pun masih menjadi tanda tanya. Meski kasus tersebut telah berjalan 5 hari dan ada 3 orang yang menjadi korban tewas, namun hingga kini polisi juga belum mendapatkan titik terang.
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga menyatakan, pihaknya belum mengetahui apakah memang ada unsur pidana atau tidak dalam kasus yang sementara diduga keracunan tersebut.
“Belum tahu (keracunan atau diracun). (Unsur pidana) sampai saat ini masih dilakukan pendalaman,” ucap Panjiyoga. Adapun polisi juga telah menggelar olah TKP yang kedua untuk mencari barang yang tercecer di lokasi kejadian.
“Kami mencoba mengambil beberapa sampel, sekitar 3-4 sampel dan juga olah tkp ulang,” ucap Panjiyoga. “Kami mau mendapatkan apa saja yang ada di TKP ini,” sambung dia.